Laporan Praktikum Biokimia : Pembuatan Larutan Asam, Basa, dan Buffer, serta Pengukuran pH

A.    Tujuan

1.     Membuat larutan stok CH3COOH 0,2M

2.     Membuat larutan stok CH3COONa 0,2 M

3.     Membuat larutan stok NaH2PO4.H2O 0,2M

4.     Membuat larutan stok Na2HPO4.H2O 0,2M

5.     Membuat larutan buffer asetat 0,1 M pH 4, 5, dan 6

6.     Membuat larutan buffer fosfat 0,1 M pH 7 dan 7,5

7.     Melakukan pengukuran pH menggunakan pH indikator dan pH meter

B.    Dasar Teori

Teori asam basa

Sifat asam dan basa suatu materi seringkali digunakan sebagai penciri untuk mengidentifikasi materi tersebut. Derajat keasaman suatu materi biasanya disebut dengan pH. pH suatu larutan misalnya, menunjukkan banyaknya konsentrasi H+ dalam larutan tersebut. Terdapat tiga teori yang dikenal mengenai sifat asam dan basa. Teori tersebut yaitu teori Arrhenius, teori Bronsted-Lowry, serta teori Lewis. Pada prinsipnya, teori Lewis merupakan pengembangan teori Bronsted-Lowry (Jim Clark, 2013).

1.     Teori Arhennius

Menurut Arhennius, asam adalah substansi yang memproduksi ion hidrogen di dalam larutan. Basa adalah substansi yang memproduksi ion hidroksida di dalam larutan. Dengan adanya kedua ion tersebut, netralisasi dapat terjadi. Teori ini memberikan sumbangsih yang besar bagi pemahaman mengenai asam dan basa. Meskipun demikian, teori ini masih memiliki kekurangan yaitu;

a.     Terbatas pada larutan yang bersifat polar

b.     Tidak berlaku ada beberapa jenis larutan

2.     Teori Bronsted-Lowry

Menurut teori ini, asam adalah molekul yang berperan sebagai pendonor proton atau ion hidrogen sedangkan basa adalah molekul yang berperan sebagai akseptor proton atau penerima ion hidrogen. Teori ini masih terbatas pada materi-materi yang tidak mengandung ion hidrogen. Oleh sebab itu, teori ini kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Lewis. 

Peran asam basa

Homeostasis antara asam-basa dengan regulasi pH merupakan hal yang penting bagi kenormalan fisiologi dan fungsi metabolisme sel (Hamm, etc., 2015). Adanya beragam proses fisiologis dan metabolisme di dalam suatu organisme dapat meningkatkan variasi substansi tertentu yang dapat mempengaruhi pH. Keberadaan buffer serta organ tertentu dari organisme membantu organisme tersebut terhindar dari asidosis maupun alkalosis.

Pengukuran ph

Derajat keasaman suatu larutan dapat diukur dengan beberapa cara (Hach Company, 2010). Beberapa cara alternatif yang dapat digunakan yaitu

1.     Kolorimetrik. Kolorimetrik adalah pengukuran pH dengan membandingkan warna larutan dengan warna larutan standar yang digunakan

2.     Indikator.  Indikator adalah material yang secara spesifik didesain untuk berubah warna ketika diberi paparan substansi dengan pH berbeda. Sebagai contoh adalah stik pH indikator.

3.     Potensiometrik. Pengukuran dengan cara ini memerlukan elektroda pengukur dan elektroda referensi. Saat potensial galvanik terbentuk, terjadi perubahan pada elektroda pengukur. Sensor pH yang ada kemudian berubah karena adanya potensial galvanik tersebut yang kemudian mentransfer informasi ke pH analyzer.

Buffer

Larutan buffer adalah larutan yang memiliki kemampuan untuk mencegah perubahan pH ketika terjadi penambahan asam maupun basa dalam jumlah sedikit (Mohan, 2003). Larutan buffer dapat dibuat dengan mencampurkan asam lemah dengan garamnya maupun dengan mencampurkan basa lemah dengan garamnya. Buffer akan mampu mempertahankan pH apabila nilai pH dapat dibuat sama dengan nilai pKa. Namun demikian, buffer memiliki kapasitas tertentu dalam mempertahankan nilai pH. Kapasitas tersebut mempengaruhi kemampuan buffer untuk mempertahankan pH.

Terdapat dua jenis buffer yaitu buffer asam dan buffer basa. Buffer asam terdiri dari asam lemah serta garam yang merupakan basa konjugasinya. Saat buffer asam diberi larutan yang bersifat asam, maka kesetimbangan akan bergeser ke kiri sehingga keberadaan tambahan ion H+ dapat diatasi. Saat buffer asam diberi larutan basa, kesetimbangan akan bergeser ke kanan dan menciptakan H2O untuk menetralisasi keberadaan ion OH- tambahan.

Buffer basa dapat dibuat dari basa lemah serta garam yang biasanya merupakan asam konjugasinya. Saat buffer basa mendapatkan tambahan asam, kesetimbangan akan cenderung bergeser ke kanan membentuk H2O. Saat buffer basa mendapat tambahan ion OH-, kesetimbangan akan bergeser ke kiri untuk mempertahankan pH.

Dalam sistem biologi, buffer harus memenuhi syarat sebagai berikut (Mohan, 2003).

1.     Memiliki pKa antara 6-8

2.     Memiliki kelarutan yang tinggi di air dan kelarutan rendah di pelarut organik

3.     Tidak bersifat menembus membran sel

4.     Tidak menghasilkan racun bagi sel

5.     Tidak berinterferensi dengan proses biologis

6.     Memiliki efek garam yang minimal

7.     Komposisi ion dalam medium memiliki efek yang rendah dalam mempengaruhi kapasitas buffer.

8.     Bersifat stabil dan resisten terhadap degradasi enzimatik

9.     Tidak menyerap sinar tampak maupun sinar UV.

Saat ini larutan buffer banyak dimanfaatkan dalam beragam teknik analisis molekuler. Larutan buffer menyediakan lingkungan yang sesuai agar proses biologis dapat berjalan dengan normal.

C.    Metodologi

1.     Alat

Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah pipet ukur 10 ml, 2 ml, dan 1 ml (Precicolor HBG), propipet / pipet pump (Glas Firn), labu erlenmeyer 250 ml (BGIF), labu erlenmeyer 250 ml (Pyrex:Waki), gelas beker 250 ml (Asahi Techno Glass), Corong 60 mm (Herma), spatula, timbangan semianalitik , alumunium foil, botol larutan, pH meter (Thermo Science & Metrohm), pH indikator (Merck).

2.     Bahan

Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah CH3COOH (aq) glasial, CH3COONa (s) padat, NaH2PO4.H2O(s) padat, Na2HPO4.2H2O(s) padat, larutan stok CH3COOH(aq) 0,2 M, larutan stok CH3COONa(aq) 0,2 M, larutan stok NaH2PO4.H2O(aq) 0,2 M, larutan stok Na2HPO4.H2O(aq) 0,2 M, dan akuades.

3.     Cara kerja

a.     Membuat larutan stok CH3COOH 0,2M

CH3COOH glasial dengan konsentrasi 17,48 M di lemari asam diambil menggunakan pipet ukur sebanyak 1,14 ml ke dalam labu ukur 100 ml dan ditambahkan akuades hingga 100 ml. Pipet ukur kemudian digojok agar larutan menjadi homogen. Selanjutnya, larutan dipindahkan ke botol larutan stok CH3COOH.

b.     Membuat larutan stok CH3COONa 0,2 M

CH3COONa padat ditimbang sebanyak 1,64 g diatas alumunium foil dengan timbangan semianalitik lalu dimasukkan ke dalam gelas beker 250 ml dan diberi akuades hingga 50 ml dan diaduk hingga homogen. Selanjutnya larutan tersebut dipindahkan ke labu ukur dan ditambahkan akuades hingga 100 ml. Larutan dalam labu ukur kemudian digojok dan  dipindahkan ke botol larutan stok CH3COONa.

c.     Membuat larutan stok NaH2PO4.H2O 0,2M

NaH2PO4.H2O padat ditimbang sebanyak 2,76 g diatas alumunium foil dengan timbangan semianalitik lalu dimasukkan ke dalam gelas beker 250 ml dan diberi akuades hingga 50 ml sambil diaduk hingga homogen. Selanjutnya larutan tersebut dipindahkan ke labu ukur dan ditambahkan akuades hingga 100 ml serta digojok agar homogen lalu dipindahkan ke botol larutan stok NaH2PO4.H2O.

d.     Membuat larutan stok Na2HPO4.2H2O 0,2M

Na2HPO4.2H2O padat ditimbang sebanyak 3,56 g diatas alumunium foil dengan timbangan semianalitik lalu dimasukkan ke dalam gelas beker 250 ml dan diberi akuades hingga 50 ml sambil diaduk hingga homogen. Selanjutnya larutan tersebut dipindahkan ke labu ukur dan ditambahkan akuades hingga 100 ml dan digojok agar homogen kemudian dipindahkan ke botol larutan stok Na2HPO4.2H2O.

e.     Membuat larutan buffer asetat 0,1 M pH 4, 5, dan 6

1)    pH 4

Sebanyak 7,25 ml larutan stok CH3COONa 0,2 M diambil menggunakan pipet ukur dan dimasukkan ke dalam labu ukur menggunakan bantuan corong. Selanjutnya ditambahkan dengan 42,75 ml larutan stok CH3COOH 0,2 M ke dalam labu ukur yang sama. Setelah itu ditambahkan akuades hingga total larutan mencapai volume 100 ml. Larutan digojok agar homogen. Selanjutnya, larutan dari labu ukur dipindahkan ke gelas beker untuk diukur pHnya menggunakan pH indikator dan pH meter.

2)    pH 5

Sebanyak  ml31,45 larutan stok CH3COONa 0,2 M diambil menggunakan pipet ukur dan dimasukkan ke dalam labu ukur menggunakan bantuan corong. Selanjutnya ditambahkan dengan 18,53 ml larutan stok CH3COOH 0,2 M ke dalam labu ukur yang sama. Setelah itu ditambahkan akuades hingga total larutan mencapai volume 100 ml. Selanjutnya, larutan dari labu ukur dipindahkan ke gelas beker untuk diukur pHnya menggunakan pH indikator dan pH meter.

3)    pH 6

Sebanyak 47,22 ml larutan stok CH3COONa 0,2 M diambil menggunakan pipet ukur dan dimasukkan ke dalam labu ukur menggunakan bantuan corong. Selanjutnya ditambahkan dengan 2,78 ml larutan stok CH3COOH 0,2 M ke dalam labu ukur yang sama. Setelah itu ditambahkan akuades hingga total larutan mencapai volume 100 ml. Selanjutnya, larutan dari labu ukur dipindahkan ke gelas beker untuk diukur pHnya menggunakan pH indikator dan pH meter.

 

 

f.      Membuat larutan buffer fosfat 0,1 M pH 7 dan 7,5

1)    pH 7

Sebanyak 33,3 ml larutan stok Na2HPO4.2H2O 0,2 M diambil menggunakan pipet ukur dan dimasukkan ke dalam labu ukur menggunakan bantuan corong. Selanjutnya ditambahkan dengan 16,7 ml larutan stok NaH2PO4.H2O 0,2 M ke dalam labu ukur yang sama. Setelah itu ditambahkan akuades hingga total larutan mencapai volume 100 ml. Selanjutnya, larutan dari labu ukur dipindahkan ke gelas beker untuk diukur pHnya menggunakan pH indikator dan pH meter.

2)    pH 7,5

Sebanyak 43,15 ml larutan stok Na2HPO4.2H2O 0,2 M diambil menggunakan pipet ukur dan dimasukkan ke dalam labu ukur menggunakan bantuan corong. Selanjutnya ditambahkan dengan 6,85 ml larutan stok NaH2PO4.H2O 0,2 M ke dalam labu ukur yang sama. Setelah itu ditambahkan akuades hingga total larutan mencapai volume 100 ml. Selanjutnya, larutan dari labu ukur dipindahkan ke gelas beker untuk diukur pHnya menggunakan pH indikator dan pH meter.

g.     Pengukuran pH menggunakan pH indikator serta pH meter

Larutan dari labu ukur dipindahkan ke gelas beker untuk diukur pHnya menggunakan pH indikator. Untuk pengukuran menggunakan pH indikator, kertas pH indikator ditetesi dengan larutan menggunakan pipet pasteur lalu dicocokan warnanya dengan parameter warna pH yang ada pada wadah pH indikator. Untuk pengukuran menggunakan pH meter, elektroda terlebih dahulu dibersihkan dengan akuades dan kertas tisu dengan hati-hati. Setelah itu, terlebih dahulu pH meter dikaliberasi dengan menekan tombol “cal” yang ada pada pH meter dan setelah nilai yang ditunjukkan stabil, maka elektroda dicelupkan ke dalam gelas beker larutan sambil memutar gelas beker agar larutan homogen. Hasil pengukuran menggunakan pH meter akan diketahui setelah nilai pH yang ditunjukkan dengan pH meter stabil. Setelah itu, elektroda diangkat dan dibersihkan dengan akuades dan kertas tisu dengan hati-hati, lalu disimpan kembali dengan tutup yang berisi larutan penutup.

 

D.    Hasil dan Pembahasan

Pada praktikum ini telah dilakukan serangkaian kegian pembuatan larutan stok, pembuatan larutan buffer, serta pengukuran pH. Larutan stok CH3COONa 0,2 M, NaH2PO4.H2O 0,2 M, serta Na2HPO4.H2O 0,2 M dibuat menggunakan bahan padat yang dilarutkan ke dalam akuades. Larutan stok CH3COOH 0,2M dibuat dengan menggunakan CH3COOH glasial yang berada di dalam ruang asam yang kemudian diencerkan menggunakan akuades sesuai langkah kerja yang dilakukan. Pengambilan asam asetat glasial di ruang asam bertujuan agar tidak terjadi kontaminasi udara di dalam laboratorium. Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan kertas pH indikator serta menggunakan pH meter dengan dua merek dan dua lokasi yang berbeda yang berbeda (Metrohm (Falitma) dan Thermoscience (Laboratorium Biokimia)). Data yang didapatkan adalah sebagai berikut.

Tabel 1. Hasil Pengukuran pH

Kelp

pH yg dibuat

pH terukur

pH akuades

Suhu

Kertas indicator

pH meter

Suhu

1

B. Asetat pH 4

4

 (Falitma) 3.9

28

2

B. Asetat pH 4

4

(Biokimia)3.63

28.4

3

B. Asetat pH 5

5

 (Falitma) 4.91

27

4

B. Asetat pH 5

4-5

(Biokimia)4.58

28.4

5

B. Asetat pH 6

6

 (Falitma) 5.78

29

6

B. Asetat pH 6

5-6

(Biokimia) 5,57

28.3

7

B. Fosfat pH 7

7

 (Falitma)7,26

28

8

B. Fosfat pH 7

7

(Biokimia) 6.89

28.7

7,42

27,5

9

B. Fosfat pH 7.5

8

 (Falitma) 7.69

28

10

B. Fosfat pH 7.5

7

(Biokimia) 7.28

29

6.44

28.8

 

Dari hasil pengukuran pada tabel diatas diketahui bahwa semua buffer asetat menunjukkan hasil pengukuran pH dibawah pH yang diinginkan. Disisi lain, buffer fosfat menghasilkan pH diatas pH yang diinginkan kecuali hasil pengukuran kelompok 8 yang menunjukkan pH dibawah pH yang diharapkan. Hal ini menunjukkan adanya ketidaksesuaian hasil dengan tujuan. Meskipun demikian, pada komposisi takaran bahan yang digunakan pada langkah kerja tidak ditemui adanya kesalahan perhitungan (Lampiran 1). Pada praktikum ini, kemungkinan telah terjadi kesalahan teknis oleh praktikan dalam penggunaan alat pengukuran, penggunaan akuades dengan pH yang tidak tepat di angka 7, keadaan suhu lingkungan, maupun kemungkinan adanya penurunan kualitas bahan yang digunakan.

Faktor yang paling beresiko menghasilkan ketidaktepatan pH larutan yang dihasilkan dengan pH tujuan adalah pengambilan bahan menggunakan pipet ukur. Praktikan terkadang kesulitan mengambil larutan stok agar naik ke dalam kolom pipet serta kesulitan dalam mengeluarkan seluruh larutan stok dalam kolom pipet ke dalam labu erlenmeyer. Hal tersebut mengakibatkan praktikan melepas penghisap dengan tabung yang kemudian dapat berakibat fatal pada presisi jumlah larutan stok yang masuk ke dalam labu erlenmeyer.

Dalam penggunaan pH meter untuk pengukuran pH, kaliberasi merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Kaliberasi dilakukan berkala untuk mengetahui bagaimana kualitas pH meter, apakah dapat menghitung pH secara tepat dan akurat ataupun tidak. Pengkaliberasian pH meter dapat dilakukan dengan pengukuran pada larutan ber-pH 4, 7, dan 10. Namun demikian, pengkaliberasian pH meter dapat menggunakan rentang lainnya sesuai dengan kebutuhan pengukuran yang akan dilakukan.  

Hasil pengukuran menggunakan kertas pH indikator dengan pH meter juga tidak menunjukkan adanya kesamaan. Hal ini dikarenakan pengukuran menggunakan pH indikator bersifat kualitatif menggunakan metode kolorimetri sedangkan penggunaan pH meter bersifat kuantitatif menggunakan metode potensiometri. Metode kualitatif tentu sangat bergantung pada kemampuan pengindraan praktikan serta tidak mampu menunjukkan secara spesifik rentang nilai dibawah skala 1 berbeda halnya dengan metode kuantitatif menggunakan pH meter. Pada metode potensiometri menggunakan pH meter, electron motion force diukur oleh elektroda kalomel karena adanya perbedaan konsentrasi ion hidrogen antara larutan di dalam elektroda dengan larutan yang diukur. Pengukuran tersebut tidak mengandalkan pengindraan praktikan sehingga hasil yang didapatkan tidak terganggu adanya faktor kesalahan oleh praktikan.

Buffer merupakan larutan yang mampu mempertahankan perubahan pH agar sekecil mungkin dengan adanya penambahan asam maupun basa. Buffer biasanya terdiri dari campuran asam lemah dengan garamnya maupun antara basa lemah dengan garamnya. Pada praktikum ini, terdapat dua macam buffer yang dibuat yaitu buffer asetat (pH 4, 5, dan 6) dan buffer fosfat (pH 7, dan 7,5). Buffer asetat dibuat dari asam lemah berupa asam asetat (CH3COOH) dan garamnya berupa CH3COONa. Buffer fosfat dibuat dari asam lemah berupa NaH2PO4.H2O serta garamnya berupa Na2HPO4.2H2O.

Pada buffer asam asetat, apabila ditambahkan asam ke dalam buffer tersebut maka akan terjadi reaksi keseimbangan sebagai berikut.

CH3COONa + H+ à CH3COOH + Na+

Sedangkan apabila terjadi penambahan basa maka akan terjadi reaksi keseimbangan sebagai berikut.

CH3COOH + OH- à CH3COO- + H2O

Pada buffer fosfat, apabila ditambahkan asam ke dalam buffer tersebut maka akan terjadi reaksi keseimbangan sebagai berikut.

Na2HPO4 + H+ à NaH2PO4 + Na+

Sedangkan apabila terjadi penambahan basa, maka akan terjadi reaksi keseimbangan sebagai berikut.

NaH2PO4 + OH à Na2HPO4 + H2O

Perubahan-perubahan kesetimbangan tersebut mengakibatkan penambahan ion H+ maupun OH- akan segera teratasi dan tidak menimbulkan perubahan pH yang drastis pada lingkungan buffer.

Berdasarkan teori asam basa Arrhenius, asam adalah yang menghasilkan H+ sedangkan basa adalah yang menghasilkan OH-. Sedangkan pada teori asam basa Bronsted-Lowry, asam adalah yang mendonorkan H+ sedangkan basa adalah yang menerima H+. Pada praktikum kali ini teori asam basa yang lebih tepat berdasarkan reaksi keseimbangan yang didapat adalah teori asam basa Bronsted-Lowry sebab tidak semua reaksi penambahan basa menghasilkan OH-.

Dalam sistem biologi, larutan buffer merupakan larutan yang sangat penting karena berkaitan dengan penyediaan lingkungan yang stabil untuk beragam reaksi biologis. Di dalam tubuh makhluk hidup terdapat begitu banyak biomolekul misalnya protein yang hanya mampu bekerja pada pH spesifik. Keberadaan buffer menstabilkan lingkungan dengan mencegah adanya perubahan pH yang drastis. Buffer fosfat dan buffer asetat merupakan dua jenis buffer yang umum ditemukan pada sistem biologi. Buffer fosfat misalnya, terdapat dalam sel darah merah serta sel alin terutama di tubulus ginjal. Apabila terjadi asidosis maupun alkalosis dalam tubuh makhluk hidup, maka dapat berakibat fatal terhadap keberlangsungan makhluk hidup tersebut.

 

E.    Kesimpulan

a.     Membuat larutan stok CH3COOH 0,2M

b.     Membuat larutan stok CH3COONa 0,2 M

c.     Membuat larutan stok NaH2PO4.H2O 0,2M

d.     Membuat larutan stok Na2HPO4.H2O 0,2M

e.     Membuat larutan buffer asetat 0,1 M pH 4, 5, dan 6

f.      Membuat larutan buffer fosfat 0,1 M pH 7 dan 7,5

g.     Melakukan pengukuran pH menggunakan pH indikator dan pH meter

 

F.     Daftar Pustaka

Anonim. 2010. What is pH and How is it Measure?. Hach Company

Chandra Mohan. 2003. Buffers. Calbiochem: Germany

Hamm, L. L., Nakhoul, N., & Hering-Smith, K. S. 2015. Acid-Base Homeostasis. Clinical Journal of the American Society of Nephrology : CJASN, 10(12), 2232–2242. http://doi.org/10.2215/CJN.07400715

Jim Clark. 2013. Theories of Acids and Bases. http://www.chemguide.co.uk/physical/acidbaseeqia/theories.html. Online. Diakses Minggu, 1 Mei 2017

Nelson, D., and Cox, M. 2005. Lehninger principles of biochemistry (4th ed.) : W.H. Freeman and Company, New York,, 1216 pp., ISBN 0-7167-4339-6

Heterosis dan Potensi Peningkatan Produktifitas Agrikultur!

Pernah dengar istilah benih hibrida? Inilah heterosis, fenomena dibalik terciptanya benih hibrida! Heterosis merupakan fenomena di mana gene...

Yang Paling Sering Dibaca

Blog Archive