Showing posts with label curhatan studi. Show all posts
Showing posts with label curhatan studi. Show all posts

Dapat Beasiswa MEXT / Monbukagakusho / Monbusho, Alhamdulillah Yeaaay!!

Beasiswa MEXT / Monbukagakusho / Monbusho itu apa sih? 
Apa sih kepanjangan MEXT?

MEXT = Ministry of Education, Culture, Sports, Science and Technology

Sampai sekarang juga saya masih bertanya-tanya X-nya dari mana, hehe. Tapi terlepas dari pertanyaan itu, MEXT adalah salah satu beasiswa bergengsi yang banyak diburu para pecinta negeri sakura dan anime ini. 

Bagaimana tidak?

Jepang adalah negara maju yang punya keunggulan di bidang sains dan teknologi. Dari sisi budaya juga banyak yang bisa digali dari Jepang. Paket komplit sebagai tempat menempuh pendidikan bagi pelajar dari seluruh penjuru dunia. Bisa main ketemu rusa-rusa ini juga kalau mau... di Todaiji Temple :O

                                            sumber gambar: https://www.japan-guide.com/e/e4100.html


Kabar gembiranya adalah....

Alhamdulillah saya lolos seleksi beasiswa ini menggunakan skema G to G, alias Government to Government yang seleksinya diadakan oleh Kedutaan Besar Jepang di Indonesia. Alhamdulillah tsumma alhamdulillah.......

Meskipun keberangkatan yang seharusnya Oktober 2021 ini kemungkinan ditunda karena tingginya angka COVID19 di Jepang dan rencana pergantian Perdana Menteri Jepang, setidaknya saya sudah sangat bersyukur bisa punya kesempatan lolos seleksi beasiswa ini. Sesuatu yang sungguh tidak saya sangka-sangka akan terjadi di hidup saya. 

Rasanya nostalgia saat dulu juga lolos LPDP...
Tinggal menunggu apakah pada akhirnya beasiswa MEXT ini jadi rezeki untuk saya atau tidak. 

Jadi sebenarnya saya sudah resign dari tempat kerja saya dan dalam proses menunggu kapan akhirnya diberangkatkan.... tik tok tik tok
Semoga kegabutan ini segera berakhir, takut kebanyakan ga maksimalin waktu buat hal bermanfaat soalnya huhuhu, orang selo godaannya banyak euuuy

Nanti-nanti saya share lebih lanjut soal beasiswa MEXT ini, insyaaAllah.

Okay, sekian dulu. 

#MEXT #studilanjut #LPDP #beasiswa #tipsbeasiswa #lolosbeasiswa #seleksibeasiswa #beasiswajepang #monbukagakusho

Catatan Cerita Kuliah Metabolisme Bahan Alam


Studi S2 membuat saya bertemu orang-orang baru, termasuk guru-guru baru yang ahli di bidangnya. Pak Hartanto adalah salah satunya. Beliau alumni S1 dari kampus studi S2 saya, kemudian mendapatkan kesempatan studi S2 di Australia dan S3 di Belanda. Beliau tampak muda dan seolah masih membekas sisa-sisa kegantengan beliau di masa muda dengan usianya yang entah lima puluh berapa, serius. Haha (Mba Emil juga beberapa kali bilang beliau ganteng!). Beliau orang Gunung Kidul! Sungguh ya, banyak sekali dosen saya dari bumi kahyangan itu.. hm, adakah korelasi tingginya daratan Gunung Kidul dengan tingginya tingkat kecerdasan? Haha

Saya tidak tahu persis berapa usia beliau, tapi sepertinya beliau adalah generasi 60’an. Mungkin lebih muda dari orangtua saya. Saya bertemu beliau di mata kuliah Metabolisme Bahan Alam. Sebagai mahasiswi dengan background keilmuan yang belum begitu mendalam *hiks, saya tercengang-cengang mengikuti kuliah beliau. Semua yang beliau sampaikan adalah hal baru bagi saya.

Beliau adalah dosen Botani dengan pemahaman biokimia tumbuhan yang sangat mantap. Ya iyalah profesor. Di sela-sela perkuliahan, beberapa kali beliau menyelipkan cerita-cerita ringan yang menginspirasi. Misalnya cerita beliau ketika bertemu dosen pembimbing studi S2 di Australia.

“Apa yang ingin Anda kerjakan di sini?”, tanya pembimbing beliau *pakai bahasa Inggris tentunya, hehe

“Saya ingin membuat tanaman dengan warna bunga yang berbeda-beda melalui teknologi transgenik.” Jawab beliau. Optimisme bermain di level molekuler beliau cukup tinggi, jaman beliau dulu belum banyak penelitian molekuler di Indonesia.

“Kalau hanya ingin bunga dengan warna beragam anda nggak usah repot-repot dan mahal lewat transgenik, anda tanam saja tanaman itu di pH tanah yang berbeda. Nanti bunganya juga beda warnanya.”

Skakmat kali ya rasanya digituin dosen pembimbing.... Beliau masih ingat kenangan itu sampai sekarang. Pesan moralnya apa, silahkan tafsirkan sendiri. (Misal banyak-banyak baca sebelum ketemu dosbing, Idealis harus realistis, dsbg XD) haha

Terus apa lagi ya...
Oiya, beliau juga bercerita pengalamannya studi di Belanda. Cerita ini tentu saja diawali dengan doa beliau “Barangkali Anda besok ada kesempatan S3 di luar negeri ya..” *lalu saya aamiinkan dalam-dalam haha, ngarep.

Suatu ketika ada mahasiswa S3 bimbingan beliau mengeluh ingin segera lulus karena ingin segera berkumpul dengan keluarganya di Indonesia Timur/Tengah-an, lupa saya sebelah mana. Lalu beliau pun menceritakan kisahnya saat kuliah di luar negeri, masa-masa perjuangan. Lebih-lebih di negara empat musim. Sungguh bukan hal yang mudah. Selain rasa rindu keluarga, dana beasiswa dan masa studi yang terbatas, beliau juga harus mempertahankan harga diri. Secara... Indonesia adalah negeri mantan jajahan Belanda. Sentimen penjajah dan jajahan tentu masih ada di sana. Ngeri ah. Cerita susah macam apapun beliau punya koleksinya, katanya XD

Hampir setiap hari mahasiswa seperti beliau bekerja sampai malam di laboratorium. Pulang jam 12 malam adalah hal yang biasa. Masa-masa sulit dari semua itu adalah saat winter! Bayangkan saja, di Belanda ke mana-mana naik sepeda sedangkan salju setinggi lutut dan dinginnya udara mencapai -20oC! Beliau berkata kalau saja tidak malu, rasanya setiap malam mau menangis, apalagi saat terjatuh salju dari sepeda karena jalanan sulit dilalui saat saljunya tinggi. *betapa kuliah di luar sana bukan hanya tentang posting foto di tempat-tempat bagus saja... 

Hal yang menantang menurut beliau adalah upaya beliau membuktikan bahwa orang Indonesia tidak kalah dengan orang Belanda. Beliau gereget betul dengan itu. Beliau juga bercerita bahwa meskipun orang-orang di sana biasanya dikenal jahatnya oleh orang Indonesia, ternyata ada nilai-nilai budaya yang bagus dari mereka yang beliau tangkap. Orang-orang Belanda menurut beliau adalah orang yang totalitas.
Maksudnya?

Iya, orang Belanda menurut beliau selalu totalitas dengan apa yang dikerjakan. Saat masa kuliah, mereka akan benar-benar fokus kuliah. Di kelas tidak akan ada diskusi maupun kelompok-kelompok mahasiswa kecuali sedang membicarakan materi kuliah. Tidak ada yang bicara soal gebetan, main, atau kosmetik tertentu seperti yang biasa diobrolkan oleh mahasiswa Indonesia. Mereka serba totalitas. Saat ujian, perpustakaan akan penuh sesak. Sampai-sampai setiap jengkal perpus seolah selalu terisi oleh mahasiswa. Semuanya sibuk belajar mati-matian semaksimal mungkin. Bisa jadi seseorang bahkan 3 hari tidak pulang ke dorm mereka dan menginap di perpustakaan untuk belajar, menjelang ujian mereka tinggal cuci muka dan berangkat ujian-tanpa mandi, btw mandi di sana bukan ritual rutin nan penting seperti di sini-. Menurut beliau, ini juga yang membuat orang Belanda tidak mudah galau, mereka selalu berusaha maksimal sehingga apabila terjadi kegagalan mereka tahu di mana letak kesalahan dan bisa memperbaiki di periode berikutnya dengan sukses. Di sana atmosfer akademik benar-benar terasa, tidak seperti di Indonesia yang bahkan saat musim ujian mahasiswanya masih sempat duduk ngobrol di bawah pohon atau main ke karaokean karena merasa jenuh tidak bisa mengerjakan soal ujian.

Begitu juga saat liburan. Saat liburan tidak akan ada mahasiswa di kampus. Semuanya pergi berlibur dan meninggalkan semua pekerjaan di kampus, kecuali mahasiswa seperti beliau yang memang dana dan masa studi terbatas oleh beasiswa sehingga jarang bisa liburan. *ini termasuk cerita sedihnya beliau.

Tentang cerita totalitas mahasiswa Belanda, saya merasa beliau sebenarnya sedang menyindir kami. Haha. Beliau jarang mengatakan “Anda belajar ya” atau ucapan-ucapan lainnya. Paling-paling hanya “kalau Anda sempat, coba baca....” atau apaaa begitu. Jadi terkesan santai. Beliau lebih banyak bercerita pengalaman beliau. Hidden curriculum beliau yang direncanakan, mungkin. Dan beliau selalu minta maaf karena menurut beliau cerita-cerita beliau tersebut bagian dari takes time yang harusnya tidak ada karena membuat waktu penyampaian materi terpotong. Padahal semua itu sangat bermanfaat.
Hmmm...

Benar ya, Allah berikan dunia ini pada semua orang. Termasuk kemuliaan karena ilmu dunia, kepada siapapun yang mau mencarinya. Bagi saya beliau sungguh luar biasa dengan ilmu yang beliau miliki. Banyak sekali manfaat dari beliau. Semoga kita bisa sebermanfaat itu, bahkan lebih. Aamiin

Dan tentu saja.. selalu ada satu doa saya untuk orang seperti beliau. Satu doa, yang semoga Allah perkenankan. Doa apa? Rahasia! XD
Bantu aamiinkan saja ya! 

23.15
15/03/2017
Dalam upaya mengatasi rasa kantuk yang melanda. Mau tidur nanggung karena tadi siang sudah kebanyakan tidur.

Kecanduan Sekolah, Bolehkah?


Mungkin memang kata kecanduan adalah kata yang tepat untuk menggambarkan situasi para mahasiswa yang sekolahnya bisa sampai pol. Maksudnya?

Ya itu.
Setiap orang pasti punya fase-fase sulit dalam studinya, fase pusing, fase banyak tugas, fase deg-degan telat, fase belajar mati-matian menjelang ujian. Semua itu terkesan menyiksa, tapi kenapa orang-orang masih saja mau?

Iya, mereka kecanduan. Orang-orang dengan hobi sekolah, adalah orang-orang yang mengalami masa-masa sulit saat studi tapi mereka selalu ingin mengulanginya lagi, ingin sekolah lagi, ingin punya guru lagi. Entah harus mulai dari nol maupun melanjutkan perjuangan masa lalu. Semuanya tetap saja rasanya nagih!

Jadi ingat oleh-oleh silaturahim kemarin.
"Jaman sekarang semua ilmu dunia kiblatnya kebanyakan orang-orang nonmuslim. Beda dengan zaman Islam masih berjaya, dulu. Lihatlah betapa dunia benar-benar sudah terbalik. Sebenarnya tidak akan berpengaruh apa-apa asalkan para muslim yang belajar tidak lantas ikut terbalik. Terbawa rasa ingin kekinian. 
Ilmu utama yang harusnya dipelajari tetaplah ilmu AGAMA. Tidak ada artinya apa-apa semua ilmu dunia dari A sampai Z kalau tidak kita niatkan kepada keridhaan Allah, untuk mengenali Allah lebih jauh, lebih dekat, lebih dalam. Zaman sekarang sejatinya tidak lebih hebat dari zaman dahulu ketika Islam masih berjaya. Bayangkan saja, ilmuwan-ilmuwan muslim sebagian besar adalah para 'ulama. Mereka paham ilmu dunia tapi juga khatam dengan ilmu akhiratnya. Mereka menemukan ilmu dunia dengan proses berpikir tentang ayat-ayat Allah. Bukan semata-mata membaca textbooks ke sana ke mari seperti yang kita lakukan selama ini. 
Juga ketika kita tarik lagi jauh ke belakang di zaman Nabi Sulaiman. Teknologi apa zaman sekarang kiranya yang dapat memindahkan istana mewah dalam satu kali kedipan mata. Bagaimana kiranya Nabi Sulaiman dapat berkomunikasi dengan hewan-hewan dan makhluk dari dimensi lain. Sungguh kerajaan Nabi Sulaiman adalah yang tercanggih dan tidak Allah berikan kepada siapapun setelahnya. Dan sungguh ilmu, Allah yang akan membimbing kita menemuinya! Allah yang bukakan pintu kita bisa memahaminya!"

Jadi, jangan terbalik ya. :)
Selamat menemukan kebesaran Allah pada setiap ilmu yang dipelajari. 
Semoga membuat kita semakin mendekat ke keridhaanNya.
Duh ilmu, kamu memang ya... 

Rabbi zidni 'ilmaa.. warzuqni fahmaa, aamiin.
Allahummanfa'na bimaa 'allamtana, wa'allimna maa yanfa'una, warquna 'ilmannaafi'aa.. aamiin


Kenapa Bisa Dapat Beasiswa LPDP?


Anda mungkin adalah orang yang sedang mencari info sebanyak-banyaknya tentang beasiswa LPDP dan tiba-tiba menemukan blog ini. Mungkin anda juga penasaran, "kenapa sih si owner blog ini bisa dapat beasiswa LPDP?"

Hahaha... entah, baca saja sampai selesai. Mungkin kamu akan menemukan jawabannya. *eaa


Banyak orang berpikir bahwa para penerima beasiswa LPDP adalah orang-orang yang keren, segudang prestasi, banyak peran di masyarakat, pokoknya yang ngehits dan luar biasa jadi panutan. Saya akan berterimakasih jika ada yang menganggap saya demikian. Saya anggap semua itu adalah doa. Sebab kenyataannya... ah, sungguh. Saya tak sanggup menceritakannya *lebai :D

Cerita dari awal banget ya...
Saya masuk kuliah S1 pada tahun 2011. Sebelumnya saya tidak berpikiran aneh-aneh. Apalagi studi lanjut. Yang ada di benak saya saat kuliah S1 adalah saya ingin lulus dan pulang ke kampung halaman untuk menjadi seorang guru. Guru honorer yang mungkin tak akan pernah tahu kapan akan diangkat jadi PNS! *ya Allah pasrahnya XD

Nah, seiring berjalannya waktu, saya mulai banyak ikut kegiatan di kampus. Saya mulai berpikir bahwa kuliah saya bukan sesuatu yang penting. Saya bahkan terkenal bisa membolos karena ikut pengajian di masjid. *sungguh ini contoh yang buruk, nggak tawazun :(
Saya ikut organisasi kampus (selama 3 tahun dari 4 tahun masa studi), ikut asrama yang lumayan kegiatannya (selama 2 tahun dari 4 tahun masa studi), dan beragam ini itu lainnya. Boleh dibilang saya baru nggumunan. Tak mengapa, bagian dari perjalanan hidup.
Satu hal yang saya lewatkan, saya tidak aktif ikut kompetisi jaman S1, ini cukup menjadi penyesalan mendalam di kemudian hari. Saya sangat tidak percaya diri dengan CV saya hingga saat ini. Tak mengapa, sekali lagi, bagian dari perjalanan hidup.

Bisa jadi dari perkataan ustadz entah di masjid mana, di akhir masa kuliah saya merasa bahwa saya harus belajar, menuntut ilmu. Ilmu agama, atau ilmu apapun. Saya yang berada di bidang pendidikan biologi, saat itu merasa bahwa saya belum belajar apapun di biologi. Seperti njeglek mungkin rasanya saat tahu teman-teman SMA yang memilih memperjuangkan kampus kelas A bisa belajar dengan lingkungan dan fasilitas terbaik, sedangkan saya yang mentok dengan frasa "harus di jogja" akhirnya menyerahkan impian-impian dan heroisme studi saya dengan masuk ke kampus kelas... kelas bagus lah pokoknya, cuma waktu itu akreditasi universitas belum A. *bersyukur-bersyukur heuuww
Di akhir-akhir masa studi (sekitar akhir tahun 2015), keinginan untuk menebus rasa berdosa dengan sekolah lagi tumbuh dengan suburnya. Saya jadi rajin searching tentang beasiswa pendidikan lanjut. Saat itu LPDP sungguh ngehits banget. Sambil menunggu waktu wisuda dan mencari sumber pembiayaan studi lanjut saya mengambil kursus TOEFL di kampus saya  selama 1,5 bulan. Tak banyak progress, tapi setidaknya saya berusaha. *haha

Saya berniat segera melanjutkan studi di tahun ajaran baru (2016). Orangtua saat itu seperti memberi harapan pembiayaan, tapi saya ingat bahwa bapak akan segera pensiun (2017). Saya berpikir ini pasti akan membebani pikiran beliau. Akhirnya saya bulatkan niat berusaha menembus LPDP. Hampir tiap hari saya baca-baca blog awardee yang tembus LPDP. Saya baca sebanyak-banyaknya tentang bagaimana menulis essay, bagaimana contoh essay, apa saja syaratnya, apa saja kejadian-kejadian saat seleksi, dan masih banyak lagi. Semuanya saya baca sendiri, saya tidak berani sesumbar akan mendaftar beasiswa LPDP karena saya sadar, saya butiran debu yang bisa saja terhempas karena kualifikasi diri yang masih mengerikan XD.

Sampai akhirnya di awal tahun 2016 saya mendaftar sebagai guru di sebuah sekolah dan diterima!. Saya senang, tapi dilema. Apa boleh buat, fresh graduate selalu ingin terkesan bisa berdiri sendiri di depan orang tua. Pantang pulang sebelum sukses, pikir saya saat itu. Akhirnya saya mengajar di sekolah serta menjadi pengajar bimbel baik privat maupun di lembaga. Sibuk sekali siang malam, lumayan menambah pengalaman.

Selama 3 bulan saya begitu menikmati status baru sebagai guru. Sampai-sampai saya hampir lupa kalau pendaftaran LPDP batch 2 2016 sudah hampir dateline! Saat itu saya belum punya sertifikat TOEFL ITP. Akhirnya saya ambil PreTOEFL di kampus untuk cek skor. Alhamdulillah ternyata diatas 500. Akhirnya saya beranikan diri daftar TOEFL ITP di Cilacs UII saat itu. Biayanya 485.000 rupiah. Lumayan. Sungguh, kalau sampai gagal tembus skor 500 saya sudah tidak tahu lagi harus nabung berapa lama untuk tes lagi XD
Tapi alhamdulillah nembus, Saya dapat skor 530 saat itu.
Dan LPDP pun semakin dekat di depan mata saya.

Seluruh berkas persiapan saya siapkan di waktu-waktu menjelang dateline submit berkas. Beberapa hal yang saya bingungkan saya pastikan ke awardee yang tidak saya kenal, tapi kami berteman di Facebook. Namanya Pak Mediaa Wahyudi Asykar dan Mba Hesti Nuraria (kalo ini mantan temen satu kost dan kenal ding, hehe), sungguh terimakasih Pak dan Mba karena telah membalas pertanyaan saya saat itu. Meski akhirnya saya tidak dapatkan berkas yang saya tanyakan karena pihak sekolah tempat saya mengajar tidak bersedia memberi dengan alasan yang... ya... bisalah saya terima. XD

Submit pun di mulai. Penantian panjang juga di mulai...
...
Tik..
...
Tok...
...
Tik

Lalu email masuk, lolos ADMINISTRASI!
Alhamdulillah.

Selanjutnya...
Jadwal seleksi substansi datang, alhamdulillah seluruh rangkaian seleksi substansi saya dilaksanakan dalam satu hari yang sama. *banyak yang seleksinya tidak hanya satu hari, jadi masing-masing item seleksi substansi ada yang bersamaan dan ada yang tidak, tergantung keberuntungan maisng-masing.
dan SELEKSI SUBSTASI pun tiba

Seleksi pertama yang saya ikuti adalah seleksi ESSAY on the SPOT. Saya dapat tema tentang energi terbarukan bagi daerah tertinggal. Naas! saya tidak banyak membaca tentang hal itu. Saya jalani apa adanya, yang ada di pikiran hanyalah saya harus menyelesaikan tulisan ini dari pembukaan, isi, dan penutup. Saya tidak peduli lagi apa yang saya pikirkan dan tuangkan dalam tulisan. Waktu 30 menit sungguh berjalan sangat cepat! Bagi saya yang tidak terbiasa menulis *keliatan kan dari tulisan di blog ini, hehe, sungguh bisa menyelesaikan tulisan saja itu sudah cukup. Jikapun isinya acak-acakan dan mengurangi penilaian maka saya pasrahkan pada Allah semata.. *nunduk pasrah

Seleksi kedua di jadwal saya adalah LEADERLESS Group DISCUSSION. Sungguh saya MATI di seleksi ini. Diskusi di grup saya beberapakali hampir mati karena tidak ada yang berpendapat. Saya grogi setengah mati merasa gagal. Jilbab saya terlihat bergerak seirama detak jantung saya yang begitu hebat. Saya bahkan tidak berani menaikkan tangan ke atas meja karena merasa kesulitan dalam diskusi di kelompok saya saat itu. Ada seorang diantara kami yang kemudian terlihat mendominasi dalam berpendapat. Dia sering sekali berpendapat. Di akhir diskusi saat diminta menyimpulkan diskusi, tak ada seorangpun dari kami yang bersuara. Akhirnya saya mengajukan diri. Setelah saya selesai menyimpulkan, si beliau yang mendominasi tadi kemudian berbicara lagi dan menyimpulkan kesimpulan saya. Bayangkan! Saya merah padam, putus asa, tak tahu harus berbuat apa. duh Gusti........... - - -

Penantian panjang beberapa jam yang berikutnya di mulai. Menunggu seleksi WAWANCARA sambil pasrah, saya rasanya tak sanggup. Saya kirimkan pesan pada ibu saya untuk meminta doa agar diberi kelapangan hati tentang apapun hasilnya nanti, kemudian pergi ke mushola untuk menenangkan diri. Saya pasrahkan semuanya pada Allah, sepasrah-pasrahnya diri. Jujur saya merasa gagal dan tidak mungkin dapat LPDP. Tapi pertempuran harus diselesaikan. Entah akan ada keajaiban ataupun tidak.

Jadwal seleksi wawancara saya dimulai pukul 16.00. Saya naik ke aula dengan kepasrahan, Saya merasa lebih tenang setelah duduk cukup lama di mushola. Jilbab saya sudah tidak bergetar. Alis saya sudah tidak mengkerut, dan tangan saya juga sudah tidak dingin. Sampai di aula pukul 3.15, ternyata nama saya sudah masuk list yang ditunggu oleh interviewer. Saya konfirmasi ke operator dan seketika langsung diminta menemui interviewer

Sampai di ruang wawancara ternyata benar saya ditunggu. Beliau-beliau sepertinya telah membaca berkas dan esai saya sambil menunggu saya datang. Saya jabat tangan para interviewer satu per satu dan meminta izin untuk duduk.

Jess,....
Saya langsung diminta memperkenalkan diri dalam bahasa inggris.
Saya pun berusaha, sampai pada kosa kata sulit yang saya tidak tahu bahasa inggrisnya, saya teruskan perkenalan saya dalam bahasa indonesia XD
Saya ditegur untuk bicara dalam bahasa inggis tapi saya nekat. Mau gimana lagi, wong saya ndak bisa. Haha
Sambil dengan pedenya dan senyum-senyum, saya menyelesaikan perkenalan dalam bahasa indonesia. Interviewer pun meneruskan ke pertanyaan-pertanyaan berikutnya.

Ada beberapa hal saat wawancara yang masih saya ingat.

1. saat itu saya tidak punya publikasi ilmiah, sehingga kolom publikasi saya biarkan kosong saat submit data. interviewer sepertinya menganggap tidak layak calon awardee tidak punya publikasi, beliau-beliau akhirnya mengkonfirmasi. saya jujur apa adanya bahwa saya belum punya publikasi.

2. rencana tesis saya belum matang. saat ditanyai dengan konsep-konsep dan teori yang terkait dengan rencana penelitian, saya salah menjawab. saya akhirnya diminta belajar lagi oleh interviewer, saya pun senyum-senyum mengiyakan, entah apapun hasilnya.

3. saya dibilang kepedean oleh ibu psikolog interviewer saya. menurut beliau mental saya cukup tinggi sampai saya kepedean. saya senyum-senyum saja. beliau bilang kalau saya harus cek tensi, barangkali saya darah tinggi. saya senyum-senyum saja. ada beberapa hal dari interviewer yang saya tangkis saat beliau berkata ini itu tentang saya. beliau juga bertanya maukah saya mengabdi di daerah timur indonesia yang notabene dianggap lebih pelosok. saya jawab jujur "tidak mau", bagi saya yang penting karyanya sampai, manfaatnya sampai, tidak perlu orangnya menetap dan bekerja di sana. saya senyum-senyum saja.

Saya merasa sekali digali di bagian kepribadian lewat pertanyaan-pertanyaan aneh dari ibu psikolog. Saya jawab jujur saja versi saya. Menurut saya teman-teman juga harus jawab jujur versi teman-teman, biar nyaman bicara dengan beliau-beliau, dan tak ada kepalsuan.. haha

Selesai wawancara, saya jabat tangan beliau satu per satu. Anehnya, tangan saya hangat, sama sekali tidak dingin. Saya masih senyum-senyum saja ke beliau-beliau ini walau saya dibilang ini itu, tidak percaya beliau yang profesor luar negeri lah, sekolah di dalam negeri buang-buang waktulah, sekolah di luar negeri akan membuat saya lebih bisa melihat indonesia secara utuh lah... apapun itu.. Mungkin beliau-beliau ini benar, tapi dalam konteks saya pribadi, banyak hal yang harus saya persiapkan terlebih dahulu sebelum akhirnya sekolah di luar sana bertemu guru para guru di kampus-kampus dalam negeri.
Ibu interviewer masih saja menggoda saya untuk cek tensi barangkali darah tinggi saat saya beranjak dari kursi. haha *padahal tensi saya biasanya cenderung rendah.

Pada intinya saya pasrah. wawancara berlangsung sangat singkat. mungkin hanya 20-25 menit. saya tidak tahu apa artinya ini, mengingat bahwa berdasarkan banyak cerita yang saya baca di blog awardee, wawancara biasanya sampai 45 menit bahkan 1 jam.
Saya pasrah, saya keluar sambil senyum lega, setidaknya saya sudah menyelesaikan semua tahapannya. Sisanya tinggal menunggu keputusan Allah baiknya saya harus dibawa ke takdir yang mana.

Akhirnya setelah penantian panjang berikutnya....
seharian menunggu email di tanggal pengumuman, khawatir di undur karena sampai sore email tak kunjung tiba, entah untuk iya, entah untuk tidak.

Akhirnya, sebuah email masuk, bulan puasa, email masuk tepat saat adzan maghrib wilayah jogja. Sungguh pandai sekali LPDP mencampur aduk emosi. Rasanya nikmat sekali berbuka puasa sambil berbuka dari penantian email yang lama. haha
Saya LOLOS! alhamdulillah, air mata tumpah-tumpah. Jadi juga saya sekolah S2. Allah beri saya kesempatan untuk belajar lagi, Alloh beri! Semoga ini takdir terbaik!
Saya bertanya-tanya, apa sebenarnya yang membuat saya diterima, berkas biasa saja, seleksi substansi rasanya gagal, tapi Allah tentukan saya dapat LPDP!
Rejeki sungguh takkan ke mana. Allah yang atur semunya. Allah atur semuanya.

Tugas saya bersyukur... tugas saya sekarang adalah mensyukuri semuanya dengan berusaha belajar sebaik-baiknya. Sekalipun saya memang harus mulai dari 0 di kampus baru saya. Bisa kuliah lagi sungguh nikmat Tuhan yang tidak mungkin bisa didustakan.
Semoga teman-teman yang sedang berusaha mendapatkan kesempatan belajar lagi dapat kesempatan terbaik! Pasrahkan pada Allah, ikhtiar, dannnnn.........semangat! :)

Jurusan Linear? Haruskah Linear Saat Hendak Melanjutkan Studi?



Jurusan  yang linear sebenarnya apa sih? Boleh nggak kalau aku nggak linear? Jurusanku udah linear belum ya?

Pertanyaan semacam itu tentu saja pernah terlintas bagi kalian yang punya rencana atau bahkan sedang menempuh pendidikan lanjut. Biasanya sih kalian yang baru mau menginjak dunia Strata 2. Yep! the same thing is happened to me! Aku juga lagi galau memutuskan untuk mengambil spesifikasi apa dalam rencana lanjut studiku nanti. Btw Univ dalam negeri masih satu semester satu setengah semester lagi buka pendaftaran. Tapi ini butuh waktu lebih lama dari sekedar satu bulan untuk memutuskan. *hue hue, aku sih.

Nah, ngomog-ngomong soal linear dan tidak linear, sebenarnya apa sih yang sebenarnya diributkan? Kenapa harus linear? 
Awal perkara kenapa harus linear ataupun bolehkah tidak linear adalah mengenai lapangan kerja. Beberapa orang mengatakan bahwa untuk jadi ahli yang spesifik kamu harus menempuh pendidikan yang linear. Misal nih aku, kan S1 di jurusan pendidikan biologi. Kalau aku mau ambil jurusan yang linear, maka saat S2 pun aku harus ambil jurusan pendidikan biologi. *Bisa dibayangkan, betapa memb**ankannya? hahaha...

Jurusan linear konon katanya disyaratkan saat kita hendak menjadi dosen. Akan tetapi, beberapa hasil wawancara yang aku lakukan untuk memperoleh kejelasan mengenai perkara ini adalah bahwasanya tidak harus seorang dosen memiliki jurusan linear dari S1 hingga S-S berikutnya. Linear yang disyaratkan adalah linear antara lulusan apa dengan mengajar apa. Bukan antara S1 dan S-S selanjutnya.

Nah, jangan galau. Ada satu hal lagi yang harus kamu perhatikan. Pada beberapa lowongan dosen yang pernah aku baca di pengumuman-pengumuman dan surat kabar, ada universitas yang mensyaratkan calon dosen yang mereka inginkan adalah yang memiliki riwayat pendidikan yang linear. Beberapa yang lain tidak mensyaratkan kelinearan antaran S1 dan S2 dengan hanya menyebutkan kualifikasi S2 yang diinginkan.

Kalau udah gini kita fix nggak boleh galau!
No g4l4u at all!
Buat aku sih....

Di mana pun kamu berujung nanti, yang jelas kamu harus meniatkan studimu untuk menuntut ilmu yang bermanfaat buat kemaslahatan umat. Asalkan kamu bertekad untuk bisa mengabdikan ilmumu nanti, insyaa Allah semuanya baik. Kamu cuma harus jadi ahli di bidangmu. Jadi jangan galau tentang rejeki, asalkan kamu mendalami keilmuanmu insyaa Allah rejeki ngikut....

Oke cukup?? Ada pertanyaan?
Kalau nggak ada pertanyaan, saya yang tanya. Siapa yang kemarin sore nggak mandi? Cung!!! hehehe :Dv

see you!

Cara Menghitung Nilai TOEFL



Mungkin ada beberapa dari kalian yang juga sedang jadi TOEFL fighter seperti saya. Ini dia cara menghitung nilai skor TOEFL mandiri. Dengan cara ini kita bisa mengukur sejauh mana kesiapan kita untuk mengambil realtest.
Jadi, begini hasil kutipan saya dari web tetangga. hehe

Jawaban yang 
benar
Konversi Sesi 1 :
 Listening
Konversi Sesi 2: 
Structure
Konversi Sesi 3: 
Reading
50
68
-
67
49
67
-
66
48
66
-
65
47
65
-
63
46
63
-
61
45
62
-
60
44
61
-
59
43
60
-
58
42
59
-
57
41
58
-
56
40
57
68
55
39
57
67
54
38
56
65
54
37
55
63
53
36
54
61
52
35
54
60
52
34
53
58
51
33
52
57
50
32
52
56
49
31
51
55
48
30
51
54
48
29
50
53
47
28
49
52
46
27
49
51
46
26
48
50
45
25
48
49
44
24
47
48
43
23
47
47
43
22
46
46
42
21
45
45
41
20
45
44
40
19
44
43
39
18
43
43
38
17
42
41
37
16
41
40
36
15
41
40
35
14
39
38
34
13
38
37
32
12
37
36
31
11
35
35
30
10
33
33
29
9
32
31
28
8
32
29
28
7
31
27
27
6
30
26
26
5
29
25
25
4
28
23
24
3
27
22
23
2
26
21
23
1
25
20
22
0
24
20
21
  

Langkah menghitung:
1. Koreksi jawaban dan hitung jumlah jawaban benar pada masing-masing section.
2. Konversikan jawaban benar masing-masing section sesuai tabel di atas.
3. Jumlahkan ketiga hasil konversi.
4. Bagikan hasil konversi dengan 3
5. Kalikan hasil pembagian dengan 10.
Contoh
Sec 1 = 40 jawaban betul = 57
Sec 2 = 30 jawaban betul = 54
Sec 3 = 40 jawaban betul = 55
57+54+55=166
166:3= 55,333333
Jadi skor kita 55,333 x 10 = 553


that's all, semoga bermanfaat :)

Heterosis dan Potensi Peningkatan Produktifitas Agrikultur!

Pernah dengar istilah benih hibrida? Inilah heterosis, fenomena dibalik terciptanya benih hibrida! Heterosis merupakan fenomena di mana gene...

Yang Paling Sering Dibaca

Blog Archive

Labels