Evolusi: Sejarah Munculnya Tumbuhan Hijau _ Evolusi tumbuhan

 

Beragam cerita tentang sejarah alam menyatakan bahwa pada mulanya bumi adalah planet tanpa penghuni. Keadaan ini berangsur-angsur berubah dalam rentang waktu miliaran tahun. Hal ini tentu saja menimbulkan beragam pertanyaan, bagaimana pada akhirnya bumi dapat menjadi planet yang nyaman untuk ditinggali?

Saat ini sulit membayangkan keadaan bumi tanpa adanya tumbuhan hijau. Meskipun demikian, sejarah alam menyatakan awal mulanya bumi memang tidak nyaman untuk dihuni. Bukti biogeokimiawi kemudian menunjukkan bahwa organisme autotrof kemudian muncul dan berperan penting dalam memfasilitasi organisme berikutnya untuk dapat hidup di muka bumi dengan penyediaan oksigen. Sianobakteri diperkirakan muncul di daratan pada 1,2 miliar tahun yang lalu pada masa Cambrian dan lima ratus tahun kemudian tumbuhan kecil, fungi, dan hewan kemudian turut naik ke daratan. Akan tetapi, bagaimana hingga akhirnya sianobakteria muncul di daratan?

Tumbuhan hampir ada di seluruh lingkungan kecuali pada beberapa daerah yang ekstrim. Tumbuhan menjadi rantai pertama pengolahan energi yang ditangkap dari matahari hingga kemudian bentuk olahannya dapat dimanfaatkan oleh makhluk hidup lain. Hingga saat ini tumbuhan telah berhasil menginvasi daratan dan berdiversifikasi hingga lebih dari 290.000 sesies di muka bumi. Setelah proses evolusinya yang begitu hebat sebelumnya, bagaimanakah arah evolusi tumbuhan di masa yang akan datang?

Tulisan ini akan sedikit mengulas menenai asal mula tumbuhan hijau yang saat ini berada di sekitar kita serta bagaimana pada akhirnya tumbuhan mampu menginvasi daratan. Tulisan ini juga membahas mengenai perkembangan tumbuhan dari masa ke masa.

ASAL MULA TUMBUHAN HIJAU

Sianobakteria adalah fotoautotrof prokariot yang mampu menghasilkan oksigen sebagaimana yang dapat dilakukan oleh tumbuhan hijau saat ini. Sianobakteri dapat hidup di mana pun air berada. Beberapa sianobakteria hidup berkoloni sedangkan beberapa yang lainnya hidup soliter. Karakteristik fotoautotrof yang dimiliki oleh sianobakteria memunculkan adanya dugaan bahwa sianobakteria adalah nenek moyang dari tumbuhan hijau yang kini menginvasi daratan dalam skala sangat besar. Campbell, etc. (2012) menyatakan bahwa lebih dari satu miliar tahun yang lalu, protista (bentuk makhluk hidup uniseluler yang lebih maju dari bakteria) memperoleh endosimbion sianobakteri. Keturunan fotosintetik dari protista ini kemudian berevolusi menjadi alga. Adanya pemikiran-pemikiran ini semakin menguatkan bahwa nenek moyang tumbuhan darat yang saat ini ada semula berasal dari lingkungan air. 

Ada banyak karakteristik fisik yang menunjukkan bahwa tumbuhan dan alga memiliki hubungan kekerabatan yang dekat. Tumbuhan memiliki dinding sel dari selulosa, demikian pula dengan alga. Tumbuhan memiliki kloroplas, begitu pula dengan alga.

Charophyta adalah alga yang memiliki kesamaan ciri yangpaling dengan tumbuhan. Campbell, etc. (2012) menyatakan ada empat karakteristik yang menunjukkan kedekatan kekerabatannya dengan tumbuhan yaitu;

1.     Kompleks penyintesis selulosa yang berbentuk roset.

Charophyta memiliki susunan protein yang melingkar berbentuk petal pada membran plasma. Fungsinya adalah untuk menyintesis mikrofibril selulosa pada dinding sel. Hal ini sama dengan tumbuhan.

2.     Enzim-enzim peroksisom.

Pada Charophyta dan tumbuhan, terdapat enzim yang mampu menghambat kehilangan zat organik akibat fotorespirasi. Hal ini tidak terdapat pada alga lainnya.

3.     Struktur sperma berflagela.

Tumbuhan darat memiliki sperma berflagela. Hal ini mirip dengan Charophyta.

4.     Pembentukan fragmoplas.

Fragmoplas adalah sekelompok mikrotubulus yang terbentuk diantara nukleus-nukleus anakan dari sel yang sedang membelah. Pembentukan fragmoplas terdapat pada Charophyta dan tumbuhan.

Gambar 1. Charophyta

 

INVASI TUMBUHAN KE DARATAN

Tumbuhan memiliki banyak tantangan untuk mampu bertahan hidup di daratan. Kemelimpahan air di lingkungan basah digantikan dengan kekeringan di lingkungan terestrial. Kepadatan populasi di lingkungan basah berganti dengan begitu longgarnya dan masih luasnya wilayah terestrial. Keberadaan air sebagai penyeimbang temperatur kemudian harus berganti dengan radiasi sinar matahari langsung di daratan. Level oksigen yang rendah digantikan dengan kemudahan melakukan pertukaran gas di daratan. Tumbuhan tentu memiliki upaya untuk bertahan dengan semua perubahan tersebut.

Banyak spesies Charophyta yang hidup pada perairan dangkal yang kemudian seringkali mengalami pasang surutnya air. Keadaan ini kemudian dapat diatasi dengan kemampuannya membentuk sporopolenin sehingga zigot dapat selamat dari cekaman kekeringan. Kemampuan ini juga kemudian mendukung Charophyta untuk mampu hidup di daratan.

Kemampuan untuk hidup di daratan sebenarnya menguntungkan bagi tumbuhan dilihat dari beberapa sisi. Pertama, cahaya matahari tidak terhalang oleh air maupun kemungkinan plankton seperti halnya ketika berada di dalam air. Kedua, kandungan CO2 di daratan tentu lebih melimpah dan mudah didapatkan. Meskipun demikian, nenek moyang tumbuhan belum memiliki struktur yang cukup baik untuk dapat bertahan dari kehilangan air dan keberadaan struktural yang mampu membuatnya mempertahankan diri dari tarikan gravitasi.

Pada perkembangannya, banyak ciri-ciri yang ditunjukkan oleh tumbuhan saat ini yang seakan jauh dari nenek moyangnya. Mulai dengan terbentuknya struktur sempurna berupa akar, daun, dan batang, keberadaan kutikula, dinding sel yang mengalami penebalan lignin, kemampuan berasosiasi dengan makhluk hidup lain, struktur reproduksi yang maju, hingga kemampuan untuk menghasilkan metabolit sekunder. Melalui perbekalan-perbekalan tersebut, tumbuhan mampu bertahan dan lestari hingga saat ini di kehidupan bumi.

                        Gambar 1. Ciri Invasi Tumbuhan (Masahiro: 2010)

Sebagian besar tumbuhan darat saat ini memiliki persediaan air yang terbatas. Tumbuhan kini melindungi dirinya dari ancaman kehilangan air yang banyak dengan kemampuannya membentuk struktur yang bernama kutikula. Kutikula bersifat kedap air, namun di sisi lain juga membatasi pertukaran gas untuk respirasi dan fotosintesis. Untuk mengatasi hal tersebut, tumbuhan kemudian memiliki organ kecil yang biasa kita sebut dengan mulut daun atau stomata.

Semakin kuat dan tingginya struktur yang dimiliki oleh tumbuhan mengakibatkan distribusi air ke seluruh tubuh tumbuhan memerlukan sistem yang lebih baik. tumbuhan darat dapat dibedakan berdasarkan ada tidaknya trakeid. Trakeid merupakan sel khusus yang mampu memfasilitasi transportasi air dan mineral. Trakeid berkembang menjadi sistem transportasi pada tumbuhan yang lebih efisien bagi tumbuhan, berupa xilem dan floem. Xilem memfasilitasi tumbuhan untuk mengangkut materi yang dibutuhkannya dari substrat sedangkan floem memfasilitasi tumbuhan untuk mengedarkan hasil forosintesis ke seluruh bagian tumbuhan tersebut.

Biji juga memiliki struktur yang khas yang memungkinkannya untuk bertahan dalam dormansi sebelum menemukan lingkungan yang cocok untuk tumbuh dan berkembang. Biji juga memungkinkan persebaran tanaman menjadi lebih luas dengan dukungan struktural yang memberinya kesempatan untuk tersebar ke wilayah yang lebih luas.

Bunga pada angiospermae juga menunjukkan ciri progresif yang sangat tinggi. Struktur bunga pada angiospermae menunjukkan kemajuan yang tinggi dengan semakin banyaknya bagian bunga yang mengalami penyatuan struktur. Keberadaan bunga memicu beragam asosiasi antara tumbuhan dengan hewan  yang semakin spesifik.

 

TUMBUHAN DARI MASA KE MASA

Tumbuhan mengalami evolusi dari masa ke masa. Awal mulanya tumbuhan hanya berupa alga hijau dan kemudian kini berkembang dengan tingkat evolusi yang lebih tinggi berupa angiospermae.Berikut adalah perkembangan evolusi tumbuhan dari Cambrian hingga Cenozoic.

 

1.     Cambrian

Tumbuhan pada masa ini kecil, berupa tumbuhan dengan struktur yang lemah dengan cabang yang sederhana dan tidak ada bagian yang terdiferensiasi. Yang adalah alga hijau di lautan dan belum ada kejadian tumbuhan ke daratan.

2.     Ordovician

Muncul tumbuhan darat pertama tanpa jaringan vaskular dan bereproduksi dengan spora. Karena belum memiliki pembuluh, tumbuhan ini hanya dapat hidup di lingkungan terestrial yang basah.

Gambar 2. Tanaman Masa Ordovician

3.     Silurian

Muncul tumbuhan darat pertama yang dapat mengalirkan air melalui pembuluh. Belum ada diferensiasi bagian menjadi daun, akar, dan batang. Mampu melakukan fotosintesis dan memiliki stomata untuk respirasi di seluruh permukaannya.

Gambar 3. Tanaman Masa Silurian

4.     Devonian

Tumbuhan pada awal Devonian berukuran kecil tetapi memiliki daun, batang, dan akar. Pada Devonian akhir mulai terbentuk banyak tumbuhan darat yang membentuk hutan, juga memiliki tumbuhan yang berukuran sangat besar. Kadar CO2 di bumi menurun karena banyaknya tumbuhan. Bakteri-bakteri tanah mulai berevolusi.

Gambar 4. Tanaman Masa Devonian

5.     Carboniferous

Hampir sama dengan masa Devonian, akan tetapi pada masa ini muncul lumut dan beragam jenis tumbuhan paku yang mirip dengan tumbuhan moderen. Pinus-pinus primitif juga mulai muncul.

Gambar 5. Tanaman Masa Carboniferous 

6.     Permian

Tumbuhan konifer mulai mendominasi seiring iklim yang kering. Pakis dan Gingko mulai muncul. Hutan-hutan mulai banyak dan sangat luas di beberapa wilayah.

Gambar 6. Tanaman Masa Permian


7.     Triassic

Tumbuhan berbiji mulai mendominasi daratan. Cycas, gingko, serta konifer begitu banyak.

Gambar 7. Tanaman Masa Triassic

8.     Jurassic

Iklim menjadi lebih basah dengan meluasnya hutan-hutan. Konifera mendominasi. Tumbuhan berbunga mulai muncul akan tetapi dengan jumlah yang sangat sedikit.

Gambar 8. Tanaman Masa Jurassic

9.     Cretaceous

Angiospermae semakin banyak menjadi tumbuhan yang dominan di masa ini. Tumbuhan-tumbuhan moderen mulai muncul. Konifera tetap masih ada di lingkungan-lingkungan yang lebih dingin.

Gambar 9. Tanaman Masa Cretaceous

10.  Cenozoic

Masa Cenozoic menunjukkan ciri progresif yang paling besar mengenai perkembangan tumbuhan. Rerumputan mulai muncul dan membentuk ekosistem savana. Hutan konifer masih ada di daerah beriklim dingin. Hutan tumbuhan angiosperma banyak di wilayah tropis dan temperat.

 

Gambar 10. Tanaman Masa Cenozoic

 

TUMBUHAN BERBIJI

                             Tumbuhan berbiji digolongkan menjadi angiospermae atau yang sering disebut tumbuhan berbunga, dan gymnospermae. Berdasarkan keragaman fosil yang ditemukan dari tumbuhan terestrial, WCMC (1992) menggambarkan bahwa semakin muda zaman menunjukkan bahwa fosil angiospermae semakin banyak ditemukan.

Gambar. Diversitas Fosil Tumbuhan

Mengapa tumbuhan berbiji dianggap sebagai ciri yang lebih progresif? Tumbuhan berbiji yang banyak kita jumpai saat ini dianggap sebagai bentuk evolusioner yang progresif. Sebenarnya tidak sekedar dengan adanya biji saja sehingga tumbuhan dikatakan memiliki ciri progresif. Ada beberapa ciri lain yang juga turut menunjukkan bahwa tumbuhan berbiji merupakan ciri progresif.

Tumbuhan berbiji memiliki sistem reproduksi sangat baik. Biji membekali benih yang berada di dalamnya dengan cadangan makanan yang banyak sehingga mampu bertahan hidup sementara saat masa awal pertumbuhannya dengan memanfaatkan cadangan makanan tersebut. Biji juga memiliki struktur yang khas yang memungkinkannya untuk bertahan dalam dormansi sebelum menemukan lingkungan yang cocok untuk tumbuh dan berkembang. Biji juga memungkinkan persebaran tanaman menjadi lebih luas dengan dukungan struktural yang memberinya kesempatan untuk tersebar ke wilayah yang lebih luas. Tumbuhan primitif tentu belum memiliki kemajuan semacam itu untuk reproduksinya. Beberapa tidak memiliki cadangan makanan serta hanya mampu bereproduksi dengan media lingkungan yang basah.

Bunga pada angiospermae juga menunjukkan ciri progresif yang sangat tinggi. Struktur bunga pada angiospermae menunjukkan kemajuan yang tinggi dengan semakin banyaknya bagian bunga yang mengalami penyatuan struktur. Keberadaan bunga memicu beragam asosiasi antara tumbuhan dengan hewan  yang semakin spesifik.

Tumbuhan juga dapat dijadikan tanda untuk mengenali perkembangan evolusi makhluk hidup lain. Misalnya saja pada asosiasi tumbuhan dan serangga, terkadang struktur bunga tertentu hanya dapat diserbuki oleh serangga tertentu pula. Hal ini seakan menunjukkan bahwa evolusi tumbuhan akan memicu evolusi serangga. Begitu juga dengan burung. Semakin beragam buah dan biji-bijian maka akan memicul evolusi burung-burung konsumennya.



DAFTAR PUSTAKA

Campbell etc. 2012. Biology 8th Edition. Pearson Education Inc.

Anonim. Evolution of Plants. Online, www.csus.edu, diakses Kamis 20 Oktober 2016

Nuno D. Pires, Liam Dolan. 2012. Morphological Evolution in Land Plants: New Design with Old Genes. Journal. online, Kamis, 20 Oktober 2016. The Royal Society Publishing

WCMC. 1992. Global Biodiversity: Status of the Earth’s Living Resouces. Chapman & Hall, London

Masahiro Kato. 2010. Evolution of Primitive Land Plants: A Review. Journal, online diakses Kamis, 20 Oktober 2016


Heterosis dan Potensi Peningkatan Produktifitas Agrikultur!

Pernah dengar istilah benih hibrida? Inilah heterosis, fenomena dibalik terciptanya benih hibrida! Heterosis merupakan fenomena di mana gene...

Yang Paling Sering Dibaca

Blog Archive