Catatan Cerita Kuliah Metabolisme Bahan Alam


Studi S2 membuat saya bertemu orang-orang baru, termasuk guru-guru baru yang ahli di bidangnya. Pak Hartanto adalah salah satunya. Beliau alumni S1 dari kampus studi S2 saya, kemudian mendapatkan kesempatan studi S2 di Australia dan S3 di Belanda. Beliau tampak muda dan seolah masih membekas sisa-sisa kegantengan beliau di masa muda dengan usianya yang entah lima puluh berapa, serius. Haha (Mba Emil juga beberapa kali bilang beliau ganteng!). Beliau orang Gunung Kidul! Sungguh ya, banyak sekali dosen saya dari bumi kahyangan itu.. hm, adakah korelasi tingginya daratan Gunung Kidul dengan tingginya tingkat kecerdasan? Haha

Saya tidak tahu persis berapa usia beliau, tapi sepertinya beliau adalah generasi 60’an. Mungkin lebih muda dari orangtua saya. Saya bertemu beliau di mata kuliah Metabolisme Bahan Alam. Sebagai mahasiswi dengan background keilmuan yang belum begitu mendalam *hiks, saya tercengang-cengang mengikuti kuliah beliau. Semua yang beliau sampaikan adalah hal baru bagi saya.

Beliau adalah dosen Botani dengan pemahaman biokimia tumbuhan yang sangat mantap. Ya iyalah profesor. Di sela-sela perkuliahan, beberapa kali beliau menyelipkan cerita-cerita ringan yang menginspirasi. Misalnya cerita beliau ketika bertemu dosen pembimbing studi S2 di Australia.

“Apa yang ingin Anda kerjakan di sini?”, tanya pembimbing beliau *pakai bahasa Inggris tentunya, hehe

“Saya ingin membuat tanaman dengan warna bunga yang berbeda-beda melalui teknologi transgenik.” Jawab beliau. Optimisme bermain di level molekuler beliau cukup tinggi, jaman beliau dulu belum banyak penelitian molekuler di Indonesia.

“Kalau hanya ingin bunga dengan warna beragam anda nggak usah repot-repot dan mahal lewat transgenik, anda tanam saja tanaman itu di pH tanah yang berbeda. Nanti bunganya juga beda warnanya.”

Skakmat kali ya rasanya digituin dosen pembimbing.... Beliau masih ingat kenangan itu sampai sekarang. Pesan moralnya apa, silahkan tafsirkan sendiri. (Misal banyak-banyak baca sebelum ketemu dosbing, Idealis harus realistis, dsbg XD) haha

Terus apa lagi ya...
Oiya, beliau juga bercerita pengalamannya studi di Belanda. Cerita ini tentu saja diawali dengan doa beliau “Barangkali Anda besok ada kesempatan S3 di luar negeri ya..” *lalu saya aamiinkan dalam-dalam haha, ngarep.

Suatu ketika ada mahasiswa S3 bimbingan beliau mengeluh ingin segera lulus karena ingin segera berkumpul dengan keluarganya di Indonesia Timur/Tengah-an, lupa saya sebelah mana. Lalu beliau pun menceritakan kisahnya saat kuliah di luar negeri, masa-masa perjuangan. Lebih-lebih di negara empat musim. Sungguh bukan hal yang mudah. Selain rasa rindu keluarga, dana beasiswa dan masa studi yang terbatas, beliau juga harus mempertahankan harga diri. Secara... Indonesia adalah negeri mantan jajahan Belanda. Sentimen penjajah dan jajahan tentu masih ada di sana. Ngeri ah. Cerita susah macam apapun beliau punya koleksinya, katanya XD

Hampir setiap hari mahasiswa seperti beliau bekerja sampai malam di laboratorium. Pulang jam 12 malam adalah hal yang biasa. Masa-masa sulit dari semua itu adalah saat winter! Bayangkan saja, di Belanda ke mana-mana naik sepeda sedangkan salju setinggi lutut dan dinginnya udara mencapai -20oC! Beliau berkata kalau saja tidak malu, rasanya setiap malam mau menangis, apalagi saat terjatuh salju dari sepeda karena jalanan sulit dilalui saat saljunya tinggi. *betapa kuliah di luar sana bukan hanya tentang posting foto di tempat-tempat bagus saja... 

Hal yang menantang menurut beliau adalah upaya beliau membuktikan bahwa orang Indonesia tidak kalah dengan orang Belanda. Beliau gereget betul dengan itu. Beliau juga bercerita bahwa meskipun orang-orang di sana biasanya dikenal jahatnya oleh orang Indonesia, ternyata ada nilai-nilai budaya yang bagus dari mereka yang beliau tangkap. Orang-orang Belanda menurut beliau adalah orang yang totalitas.
Maksudnya?

Iya, orang Belanda menurut beliau selalu totalitas dengan apa yang dikerjakan. Saat masa kuliah, mereka akan benar-benar fokus kuliah. Di kelas tidak akan ada diskusi maupun kelompok-kelompok mahasiswa kecuali sedang membicarakan materi kuliah. Tidak ada yang bicara soal gebetan, main, atau kosmetik tertentu seperti yang biasa diobrolkan oleh mahasiswa Indonesia. Mereka serba totalitas. Saat ujian, perpustakaan akan penuh sesak. Sampai-sampai setiap jengkal perpus seolah selalu terisi oleh mahasiswa. Semuanya sibuk belajar mati-matian semaksimal mungkin. Bisa jadi seseorang bahkan 3 hari tidak pulang ke dorm mereka dan menginap di perpustakaan untuk belajar, menjelang ujian mereka tinggal cuci muka dan berangkat ujian-tanpa mandi, btw mandi di sana bukan ritual rutin nan penting seperti di sini-. Menurut beliau, ini juga yang membuat orang Belanda tidak mudah galau, mereka selalu berusaha maksimal sehingga apabila terjadi kegagalan mereka tahu di mana letak kesalahan dan bisa memperbaiki di periode berikutnya dengan sukses. Di sana atmosfer akademik benar-benar terasa, tidak seperti di Indonesia yang bahkan saat musim ujian mahasiswanya masih sempat duduk ngobrol di bawah pohon atau main ke karaokean karena merasa jenuh tidak bisa mengerjakan soal ujian.

Begitu juga saat liburan. Saat liburan tidak akan ada mahasiswa di kampus. Semuanya pergi berlibur dan meninggalkan semua pekerjaan di kampus, kecuali mahasiswa seperti beliau yang memang dana dan masa studi terbatas oleh beasiswa sehingga jarang bisa liburan. *ini termasuk cerita sedihnya beliau.

Tentang cerita totalitas mahasiswa Belanda, saya merasa beliau sebenarnya sedang menyindir kami. Haha. Beliau jarang mengatakan “Anda belajar ya” atau ucapan-ucapan lainnya. Paling-paling hanya “kalau Anda sempat, coba baca....” atau apaaa begitu. Jadi terkesan santai. Beliau lebih banyak bercerita pengalaman beliau. Hidden curriculum beliau yang direncanakan, mungkin. Dan beliau selalu minta maaf karena menurut beliau cerita-cerita beliau tersebut bagian dari takes time yang harusnya tidak ada karena membuat waktu penyampaian materi terpotong. Padahal semua itu sangat bermanfaat.
Hmmm...

Benar ya, Allah berikan dunia ini pada semua orang. Termasuk kemuliaan karena ilmu dunia, kepada siapapun yang mau mencarinya. Bagi saya beliau sungguh luar biasa dengan ilmu yang beliau miliki. Banyak sekali manfaat dari beliau. Semoga kita bisa sebermanfaat itu, bahkan lebih. Aamiin

Dan tentu saja.. selalu ada satu doa saya untuk orang seperti beliau. Satu doa, yang semoga Allah perkenankan. Doa apa? Rahasia! XD
Bantu aamiinkan saja ya! 

23.15
15/03/2017
Dalam upaya mengatasi rasa kantuk yang melanda. Mau tidur nanggung karena tadi siang sudah kebanyakan tidur.

No comments:

Post a Comment

Heterosis dan Potensi Peningkatan Produktifitas Agrikultur!

Pernah dengar istilah benih hibrida? Inilah heterosis, fenomena dibalik terciptanya benih hibrida! Heterosis merupakan fenomena di mana gene...

Yang Paling Sering Dibaca

Blog Archive