Kenapa Bisa Dapat Beasiswa LPDP?


Anda mungkin adalah orang yang sedang mencari info sebanyak-banyaknya tentang beasiswa LPDP dan tiba-tiba menemukan blog ini. Mungkin anda juga penasaran, "kenapa sih si owner blog ini bisa dapat beasiswa LPDP?"

Hahaha... entah, baca saja sampai selesai. Mungkin kamu akan menemukan jawabannya. *eaa


Banyak orang berpikir bahwa para penerima beasiswa LPDP adalah orang-orang yang keren, segudang prestasi, banyak peran di masyarakat, pokoknya yang ngehits dan luar biasa jadi panutan. Saya akan berterimakasih jika ada yang menganggap saya demikian. Saya anggap semua itu adalah doa. Sebab kenyataannya... ah, sungguh. Saya tak sanggup menceritakannya *lebai :D

Cerita dari awal banget ya...
Saya masuk kuliah S1 pada tahun 2011. Sebelumnya saya tidak berpikiran aneh-aneh. Apalagi studi lanjut. Yang ada di benak saya saat kuliah S1 adalah saya ingin lulus dan pulang ke kampung halaman untuk menjadi seorang guru. Guru honorer yang mungkin tak akan pernah tahu kapan akan diangkat jadi PNS! *ya Allah pasrahnya XD

Nah, seiring berjalannya waktu, saya mulai banyak ikut kegiatan di kampus. Saya mulai berpikir bahwa kuliah saya bukan sesuatu yang penting. Saya bahkan terkenal bisa membolos karena ikut pengajian di masjid. *sungguh ini contoh yang buruk, nggak tawazun :(
Saya ikut organisasi kampus (selama 3 tahun dari 4 tahun masa studi), ikut asrama yang lumayan kegiatannya (selama 2 tahun dari 4 tahun masa studi), dan beragam ini itu lainnya. Boleh dibilang saya baru nggumunan. Tak mengapa, bagian dari perjalanan hidup.
Satu hal yang saya lewatkan, saya tidak aktif ikut kompetisi jaman S1, ini cukup menjadi penyesalan mendalam di kemudian hari. Saya sangat tidak percaya diri dengan CV saya hingga saat ini. Tak mengapa, sekali lagi, bagian dari perjalanan hidup.

Bisa jadi dari perkataan ustadz entah di masjid mana, di akhir masa kuliah saya merasa bahwa saya harus belajar, menuntut ilmu. Ilmu agama, atau ilmu apapun. Saya yang berada di bidang pendidikan biologi, saat itu merasa bahwa saya belum belajar apapun di biologi. Seperti njeglek mungkin rasanya saat tahu teman-teman SMA yang memilih memperjuangkan kampus kelas A bisa belajar dengan lingkungan dan fasilitas terbaik, sedangkan saya yang mentok dengan frasa "harus di jogja" akhirnya menyerahkan impian-impian dan heroisme studi saya dengan masuk ke kampus kelas... kelas bagus lah pokoknya, cuma waktu itu akreditasi universitas belum A. *bersyukur-bersyukur heuuww
Di akhir-akhir masa studi (sekitar akhir tahun 2015), keinginan untuk menebus rasa berdosa dengan sekolah lagi tumbuh dengan suburnya. Saya jadi rajin searching tentang beasiswa pendidikan lanjut. Saat itu LPDP sungguh ngehits banget. Sambil menunggu waktu wisuda dan mencari sumber pembiayaan studi lanjut saya mengambil kursus TOEFL di kampus saya  selama 1,5 bulan. Tak banyak progress, tapi setidaknya saya berusaha. *haha

Saya berniat segera melanjutkan studi di tahun ajaran baru (2016). Orangtua saat itu seperti memberi harapan pembiayaan, tapi saya ingat bahwa bapak akan segera pensiun (2017). Saya berpikir ini pasti akan membebani pikiran beliau. Akhirnya saya bulatkan niat berusaha menembus LPDP. Hampir tiap hari saya baca-baca blog awardee yang tembus LPDP. Saya baca sebanyak-banyaknya tentang bagaimana menulis essay, bagaimana contoh essay, apa saja syaratnya, apa saja kejadian-kejadian saat seleksi, dan masih banyak lagi. Semuanya saya baca sendiri, saya tidak berani sesumbar akan mendaftar beasiswa LPDP karena saya sadar, saya butiran debu yang bisa saja terhempas karena kualifikasi diri yang masih mengerikan XD.

Sampai akhirnya di awal tahun 2016 saya mendaftar sebagai guru di sebuah sekolah dan diterima!. Saya senang, tapi dilema. Apa boleh buat, fresh graduate selalu ingin terkesan bisa berdiri sendiri di depan orang tua. Pantang pulang sebelum sukses, pikir saya saat itu. Akhirnya saya mengajar di sekolah serta menjadi pengajar bimbel baik privat maupun di lembaga. Sibuk sekali siang malam, lumayan menambah pengalaman.

Selama 3 bulan saya begitu menikmati status baru sebagai guru. Sampai-sampai saya hampir lupa kalau pendaftaran LPDP batch 2 2016 sudah hampir dateline! Saat itu saya belum punya sertifikat TOEFL ITP. Akhirnya saya ambil PreTOEFL di kampus untuk cek skor. Alhamdulillah ternyata diatas 500. Akhirnya saya beranikan diri daftar TOEFL ITP di Cilacs UII saat itu. Biayanya 485.000 rupiah. Lumayan. Sungguh, kalau sampai gagal tembus skor 500 saya sudah tidak tahu lagi harus nabung berapa lama untuk tes lagi XD
Tapi alhamdulillah nembus, Saya dapat skor 530 saat itu.
Dan LPDP pun semakin dekat di depan mata saya.

Seluruh berkas persiapan saya siapkan di waktu-waktu menjelang dateline submit berkas. Beberapa hal yang saya bingungkan saya pastikan ke awardee yang tidak saya kenal, tapi kami berteman di Facebook. Namanya Pak Mediaa Wahyudi Asykar dan Mba Hesti Nuraria (kalo ini mantan temen satu kost dan kenal ding, hehe), sungguh terimakasih Pak dan Mba karena telah membalas pertanyaan saya saat itu. Meski akhirnya saya tidak dapatkan berkas yang saya tanyakan karena pihak sekolah tempat saya mengajar tidak bersedia memberi dengan alasan yang... ya... bisalah saya terima. XD

Submit pun di mulai. Penantian panjang juga di mulai...
...
Tik..
...
Tok...
...
Tik

Lalu email masuk, lolos ADMINISTRASI!
Alhamdulillah.

Selanjutnya...
Jadwal seleksi substansi datang, alhamdulillah seluruh rangkaian seleksi substansi saya dilaksanakan dalam satu hari yang sama. *banyak yang seleksinya tidak hanya satu hari, jadi masing-masing item seleksi substansi ada yang bersamaan dan ada yang tidak, tergantung keberuntungan maisng-masing.
dan SELEKSI SUBSTASI pun tiba

Seleksi pertama yang saya ikuti adalah seleksi ESSAY on the SPOT. Saya dapat tema tentang energi terbarukan bagi daerah tertinggal. Naas! saya tidak banyak membaca tentang hal itu. Saya jalani apa adanya, yang ada di pikiran hanyalah saya harus menyelesaikan tulisan ini dari pembukaan, isi, dan penutup. Saya tidak peduli lagi apa yang saya pikirkan dan tuangkan dalam tulisan. Waktu 30 menit sungguh berjalan sangat cepat! Bagi saya yang tidak terbiasa menulis *keliatan kan dari tulisan di blog ini, hehe, sungguh bisa menyelesaikan tulisan saja itu sudah cukup. Jikapun isinya acak-acakan dan mengurangi penilaian maka saya pasrahkan pada Allah semata.. *nunduk pasrah

Seleksi kedua di jadwal saya adalah LEADERLESS Group DISCUSSION. Sungguh saya MATI di seleksi ini. Diskusi di grup saya beberapakali hampir mati karena tidak ada yang berpendapat. Saya grogi setengah mati merasa gagal. Jilbab saya terlihat bergerak seirama detak jantung saya yang begitu hebat. Saya bahkan tidak berani menaikkan tangan ke atas meja karena merasa kesulitan dalam diskusi di kelompok saya saat itu. Ada seorang diantara kami yang kemudian terlihat mendominasi dalam berpendapat. Dia sering sekali berpendapat. Di akhir diskusi saat diminta menyimpulkan diskusi, tak ada seorangpun dari kami yang bersuara. Akhirnya saya mengajukan diri. Setelah saya selesai menyimpulkan, si beliau yang mendominasi tadi kemudian berbicara lagi dan menyimpulkan kesimpulan saya. Bayangkan! Saya merah padam, putus asa, tak tahu harus berbuat apa. duh Gusti........... - - -

Penantian panjang beberapa jam yang berikutnya di mulai. Menunggu seleksi WAWANCARA sambil pasrah, saya rasanya tak sanggup. Saya kirimkan pesan pada ibu saya untuk meminta doa agar diberi kelapangan hati tentang apapun hasilnya nanti, kemudian pergi ke mushola untuk menenangkan diri. Saya pasrahkan semuanya pada Allah, sepasrah-pasrahnya diri. Jujur saya merasa gagal dan tidak mungkin dapat LPDP. Tapi pertempuran harus diselesaikan. Entah akan ada keajaiban ataupun tidak.

Jadwal seleksi wawancara saya dimulai pukul 16.00. Saya naik ke aula dengan kepasrahan, Saya merasa lebih tenang setelah duduk cukup lama di mushola. Jilbab saya sudah tidak bergetar. Alis saya sudah tidak mengkerut, dan tangan saya juga sudah tidak dingin. Sampai di aula pukul 3.15, ternyata nama saya sudah masuk list yang ditunggu oleh interviewer. Saya konfirmasi ke operator dan seketika langsung diminta menemui interviewer

Sampai di ruang wawancara ternyata benar saya ditunggu. Beliau-beliau sepertinya telah membaca berkas dan esai saya sambil menunggu saya datang. Saya jabat tangan para interviewer satu per satu dan meminta izin untuk duduk.

Jess,....
Saya langsung diminta memperkenalkan diri dalam bahasa inggris.
Saya pun berusaha, sampai pada kosa kata sulit yang saya tidak tahu bahasa inggrisnya, saya teruskan perkenalan saya dalam bahasa indonesia XD
Saya ditegur untuk bicara dalam bahasa inggis tapi saya nekat. Mau gimana lagi, wong saya ndak bisa. Haha
Sambil dengan pedenya dan senyum-senyum, saya menyelesaikan perkenalan dalam bahasa indonesia. Interviewer pun meneruskan ke pertanyaan-pertanyaan berikutnya.

Ada beberapa hal saat wawancara yang masih saya ingat.

1. saat itu saya tidak punya publikasi ilmiah, sehingga kolom publikasi saya biarkan kosong saat submit data. interviewer sepertinya menganggap tidak layak calon awardee tidak punya publikasi, beliau-beliau akhirnya mengkonfirmasi. saya jujur apa adanya bahwa saya belum punya publikasi.

2. rencana tesis saya belum matang. saat ditanyai dengan konsep-konsep dan teori yang terkait dengan rencana penelitian, saya salah menjawab. saya akhirnya diminta belajar lagi oleh interviewer, saya pun senyum-senyum mengiyakan, entah apapun hasilnya.

3. saya dibilang kepedean oleh ibu psikolog interviewer saya. menurut beliau mental saya cukup tinggi sampai saya kepedean. saya senyum-senyum saja. beliau bilang kalau saya harus cek tensi, barangkali saya darah tinggi. saya senyum-senyum saja. ada beberapa hal dari interviewer yang saya tangkis saat beliau berkata ini itu tentang saya. beliau juga bertanya maukah saya mengabdi di daerah timur indonesia yang notabene dianggap lebih pelosok. saya jawab jujur "tidak mau", bagi saya yang penting karyanya sampai, manfaatnya sampai, tidak perlu orangnya menetap dan bekerja di sana. saya senyum-senyum saja.

Saya merasa sekali digali di bagian kepribadian lewat pertanyaan-pertanyaan aneh dari ibu psikolog. Saya jawab jujur saja versi saya. Menurut saya teman-teman juga harus jawab jujur versi teman-teman, biar nyaman bicara dengan beliau-beliau, dan tak ada kepalsuan.. haha

Selesai wawancara, saya jabat tangan beliau satu per satu. Anehnya, tangan saya hangat, sama sekali tidak dingin. Saya masih senyum-senyum saja ke beliau-beliau ini walau saya dibilang ini itu, tidak percaya beliau yang profesor luar negeri lah, sekolah di dalam negeri buang-buang waktulah, sekolah di luar negeri akan membuat saya lebih bisa melihat indonesia secara utuh lah... apapun itu.. Mungkin beliau-beliau ini benar, tapi dalam konteks saya pribadi, banyak hal yang harus saya persiapkan terlebih dahulu sebelum akhirnya sekolah di luar sana bertemu guru para guru di kampus-kampus dalam negeri.
Ibu interviewer masih saja menggoda saya untuk cek tensi barangkali darah tinggi saat saya beranjak dari kursi. haha *padahal tensi saya biasanya cenderung rendah.

Pada intinya saya pasrah. wawancara berlangsung sangat singkat. mungkin hanya 20-25 menit. saya tidak tahu apa artinya ini, mengingat bahwa berdasarkan banyak cerita yang saya baca di blog awardee, wawancara biasanya sampai 45 menit bahkan 1 jam.
Saya pasrah, saya keluar sambil senyum lega, setidaknya saya sudah menyelesaikan semua tahapannya. Sisanya tinggal menunggu keputusan Allah baiknya saya harus dibawa ke takdir yang mana.

Akhirnya setelah penantian panjang berikutnya....
seharian menunggu email di tanggal pengumuman, khawatir di undur karena sampai sore email tak kunjung tiba, entah untuk iya, entah untuk tidak.

Akhirnya, sebuah email masuk, bulan puasa, email masuk tepat saat adzan maghrib wilayah jogja. Sungguh pandai sekali LPDP mencampur aduk emosi. Rasanya nikmat sekali berbuka puasa sambil berbuka dari penantian email yang lama. haha
Saya LOLOS! alhamdulillah, air mata tumpah-tumpah. Jadi juga saya sekolah S2. Allah beri saya kesempatan untuk belajar lagi, Alloh beri! Semoga ini takdir terbaik!
Saya bertanya-tanya, apa sebenarnya yang membuat saya diterima, berkas biasa saja, seleksi substansi rasanya gagal, tapi Allah tentukan saya dapat LPDP!
Rejeki sungguh takkan ke mana. Allah yang atur semunya. Allah atur semuanya.

Tugas saya bersyukur... tugas saya sekarang adalah mensyukuri semuanya dengan berusaha belajar sebaik-baiknya. Sekalipun saya memang harus mulai dari 0 di kampus baru saya. Bisa kuliah lagi sungguh nikmat Tuhan yang tidak mungkin bisa didustakan.
Semoga teman-teman yang sedang berusaha mendapatkan kesempatan belajar lagi dapat kesempatan terbaik! Pasrahkan pada Allah, ikhtiar, dannnnn.........semangat! :)

No comments:

Post a Comment

Heterosis dan Potensi Peningkatan Produktifitas Agrikultur!

Pernah dengar istilah benih hibrida? Inilah heterosis, fenomena dibalik terciptanya benih hibrida! Heterosis merupakan fenomena di mana gene...

Yang Paling Sering Dibaca

Blog Archive